Indosat (lengkapnya PT
Indosat Tbk.) adalah nama dari salah satu perusahaan penyedia jasa
telekomunikasi dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Perusahaan ini
menawarkan saluran komunikasi untuk pengguna telepon genggam dengan pilihan pra
bayar maupun pascabayar dengan merek jual Matrix, Mentari dan IM3; jasa lainnya
yang disediakan adalah saluran komunikasi via suara untuk telepon tetap (fixed)
termasuk sambungan langsung internasional IDD (International Direct Dialing),
serta jasa nirkabel dengan merk dagang StarOne. Perusahaan ini juga menyediakan
layanan multimedia, internet, dan komunikasi data (MIDI= Multimedia,
Internet & Data Communication Services).
Pada tahun 2011 perusahaan ini
menguasai 21 persen pangsa pasar dan di tahun 2013 mengklaim
memiliki 58,5 juta pelanggan untuk telpon genggam. Situs investasi untuk
Indonesia menyatakan bahwa Indosat kehilangan beberapa persen pasar pelanggan
telepon genggamnya pada tahun tahun terakhir. Sementara situs lainnya
(Onbile.com) menempatkan Indosat sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar
ketiga pada tahun 2013 dibawah Telkomsel dan XL Axiata.
Pada Februari 2013 perusahaan
telekomunikasi Qatar yang sebelumnya bernama Qtel dan menguasai 65 persen saham
Indosat berubah nama menjadi Ooredoo dan berencana mengganti seluruh perusahaan
miliknya atau dibawah kendalinya yang berada di Timur Tengah, Afrika dan Asia
Tenggara dengan nama Ooredoo pada tahun 2013 atau 2014. Sementara Indosat dalam
siaran persnya menanggapi hal ini belum memutuskan akan mengubah nama dari
Indosat menjadi Ooredoo atau tidak, karena menganggap nama Indosat telah
memiliki "hubungan" dengan pelanggan.
Indosat memiliki sejarah panjang
perpindahan kepemilikan dan perubahan tujuan perusahaan semenjak didirikan pada
20 November 1967.[2] [9] Didirikan sebagai perusahaan modal asing oleh
pemerintah Indonesia dengan nama PT Indonesian Satellite Corporation Tbk.
(Persero), perusahaan ini mulai beroperasi pada September 1969 sebagai
perusahaan komersil penyedia jasa sambungan langsung internasional (IDD).
Perusahaan ini membangun, memindahkan, dan melakukan kaidah operasional sebuah
organisasi telekomunikasi internasional (International Telecommunications
Satellite Organization) disingkat Intelsat, untuk mengakses Intelstat lain
(satelit) yang berada di Samudra Hindia dengan durasi kesepakatan 20 tahun
hingga 1987.[9] Sebagai konsorsium global organisasi satelit komunikasi,
intelstat memiliki dan mengoperasikan beberapa satelit-satelit komunikasi.[9]
Sejarah PT Indosat Tbk
Pada tahun 1980 Indosat
menjadi Badan Usaha Milik Negara dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Pada
akhir tahun 2008 saham pemerintah Indonesia tinggal 14,3 persen saja, dan
sebanyak 65 persen dikuasai oleh QTel.
Karena sebagian besar
kepemilikan Indosat dikuasai oleh pemodal asing QTel (Pemerintah Qatar), maka
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 penyelenggaraan jaringan
telekomunikasi untuk jaringan bergerak baik seluler maupun satelit, kepemilikan
modal asing dibatasi 65 persen. Sementara untuk jaringan tetap berbasis kabel
maupun berbasis radio, dengan teknologi circuit switched atau packet switched,
modal asing dibatasi maksimal 49 persen. Pada tahun 2008 Dirjen Postel
Depkominfo Basuki Yusuf Iskandar menegaskan bahwa Indosat diwajibkan melepas
lisensi telepon tetap miliknya (fixedline dan wirelessline) jika Qatar Telecom
(Qtel) berkeras menambah sahamnya melebihi 49%. Hingga bulan Maret 2011 Indosat
belum melepas StarOne, sementara Telkom menyatakan tertarik untuk mengakusisi
StarOne yang memiliki ijin untuk telepon tetap, SLJJ, dan SLI ini.
Perusahaan terbuka
Perusahaan ini kemudian
didaftarkan ganda oleh pemerintah Indonesia (dual listed company) pada Bursa
Efek Indonesia pada 19 Oktober 1994 (BEI:ISAT) dan Bursa Efek New York, Amerika
Serikat (NYSE:IIT). Saat didaftarkan di tahun 1994 pemerintah Indonesia tetap
memiliki 65 persen perusahaan ini.
Pada 24 April 2013 Indosat
mengumumkan akan menghapus pencatatan American Depositary Shares dari New York
Stock Exchange (NYSE) dan resmi keluar pada Juli 2013 atas permintaan Menteri
BUMN di bulan April 2013. Performa saham indosat di bursa itu terus menurun
sejak tahun 2009.
Akusisi dan pelepasan
perusahaan
Dikarenakan deregulasi
peraturan telekomunikasi yang diberlakukan pemerintah dengan tujuan agar Telkom
tidak lagi memonopoli bidang telekomunikasi di Indonesia; di tahun 1999 dan
2000 Indosat kemudian mengubah tujuannya dari sebuah perusahaan penyedia jasa
layanan sambungan langsung internasional menjadi penyedia jaringan telekomunikasi
dan jasa komunikasi. Di tahun 2001 Indosat menandatangani perjanjian dengan
Telkom untuk menghapuskan penguasaan saham silang pada berbagai perusahaan dan
anak perusahaannya diantaranya Satelindo, Telkomsel, dan Lintasarta.
Pada tahun 2001 perusahaan ini
mendirikan PT Indosat Multimedia Mobile (IM3) sebagai sebuah operator telepon
genggam dengan jaringan GPRS dan layanan multimedia di Indonesia. Upaya ini
dilanjutkan pada tahun 2006 dengan memperoleh ijin untuk jaringan 3G dan
memperkenalkan jaringan 3.5G untuk Jakarta dan Surabaya.
Pada tahun 2003 Satelindo dan
IM3 dibubarkan setelah diakusisi penuh oleh Indosat. Ditahun yang sama
berdasarkan keputusan Menhub No. KP 130 Tahun 2003, Indosat mendapatkan izin
penyelenggaraan jaringan telekomunikasi tetap secara nasional, dengan cakupan
terbatas di Surabaya dan Jakarta. Lisensi ini melekat pada anak perusahaan
Indosat StarOne, dimana Starone memegang lisensi untuk sambungan langsung jarak
jauh (SLJJ), sambungan langsung internasional (SLI), dan jaringan telepon
tetap. Telkompun dalam pemberitaannya menyatakan tertarik untuk mengakusisi
StarOne.
Peralihan kepemilikan
Pada tahun 2002 Singapore
Technologies (ST) Telemedia (perusahaan dimana pemerintah Singapura menanamkan
investasinya) membeli saham Indosat dengan nilai pembelian sebesar 634 juta
dolar A.S. untuk 40 persen saham perusahaan ini. Perusahaan ST Telemedia
sendiri memiliki 75 persen kepemilikan dari Asia Mobile Holdings dan sisanya
dimiliki oleh pemerintah Qatar melalui Qatar Telecom, perusahaan yang sama
(Asia Mobile Holdings) juga dimiliki oleh Temasek.
Anak perusahaan Temasek
diantaranya adalah PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), sebanyak 35 persen
saham Telkomsel dimiliki Temasek. Kepemilikan satu perusahaan (Asia Mobile
Holdings) yang menguasai dua perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia
yang seharusnya bersaing kemudian dipermasalahkan oleh Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) di tahun 2007.
ST Telemedia (milik Asia
Mobile Holdings) menguasai 40 persen saham Indosat dan Temasek (milik Asia
Mobile Holdings) menguasai 35 persen saham di Telkomsel. KPPU menyatakan kepemilikan
saham silang ini telah melanggar pasal 27 peraturan anti monopoli dan
membawanya pengadilan negeri, dengan tambahan tuntutan sebesar 2,7 juta dolar
A.S. karena hal ini mengakibatkan tingginya tarif jasa komunikasi telpon
genggam di Indonesia - oleh Telkomsel sebagai penentu harga. Baik Temasek
maupun ST Telemedia menolak tuduhan tersebut dan pengacara kedua perusahaan ini
berencana mengajukan banding atas keputusan Pengadilan Negeri.
Kantor berita Reuters
menyatakan bahwa Indonesia pada tahun 2007 memang menjadi salah satu negara
dengan tarif komunikasi telepon genggam termahal di dunia. Pada November 2007
KPPU memutuskan Temasek melakukan monopoli jaringan telekomunikasi, dan diminta
melepaskan seluruh saham di Indosat dan Telkomsel. Namun, jika Temasek hanya
mengurangi saham 50 persen di masing-masing perusahaan, itu sudah dibenarkan.
Keputusan diperkuat Mahkamah Agung dimana Temasek dan anak perusahaannya harus
membayar denda masing-masing 15 miliar rupiah.
Pada Juni 2008 Asia Mobile
Holdings, melalui ST Telemedia menjual 40.8 persen saham miliknya kepada Qatar
Telecom (QTel), perusahaan mitranya, yang setuju untuk membeli seluruh saham
tersebut dengan harga 1,8 milyar dolar A.S.[20] Harga yang dibayarkan lebih
rendah daripada nilai pasar yang berada pada 2,2 milyar dolar A.S.
Kemudian pada Februari 2009
QTel menaikkan jumlah kepemilikan sahamnya di Indosat menjadi 65 persen setelah
pemerintah Indonesia mengklarifikasi peraturan investasi asing yang
memperbolehkan hal ini dilakukan dengan syarat Indosat mengalihkan usaha
telepon tetapnya kepada perusahaan yang berbeda.[10] Berdasarkan peraturan
perusahaan yang memegang ijin sebagai penyedia telepon tetap hanya boleh diperkenankan
memperdagangkan 49 persen sahamnya pada pihak asing, namun perusahaan penyedia
komunikasi via telepon bergerak (seluler) diperkenankan untuk dimiliki pihak
asing hingga 65 persen. Harga saham yang dibayarkan sejumlah 7,388 rupiah per
lembar saham (2009) dan pemerintah Indonesia memegang 14,3 persen saham.
Situs Global Times tahun 2009
memberitakan bahwa Indosat membayarkan 900 milyar rupiah (saat itu setara
dengan 90 juta dolar AS) deviden tunai atau 50 persen dari keuntungannya di tahun
2008. Ini berarti pemegang sahamnya mendapatkan minimum 172.85 rupiah per
lembar saham di tahun 2009, dibandingkan Telkom dimana investornya menerima
296.94 rupiah.
Pada Maret 2013 keuntungan
Indosat untuk tahun 2012 dilaporkan merosot 50 persen dibandingkan tahun
sebelumnya 2011 dikarenakan biaya operasional, walaupun keuntungan dari
pendapatan dari pertambahan layanan komunikasi telepon genggam terus naik.
Satelit
Palapa D
Pada akhir 31 Agustus 2009 Presiden Direktur
Indosat Harry Sasongko mengumumkan peluncuran satelit Palapa-D milik perusahaan
menuju orbit 113 BT, peluncuran dilakukan di Xichang, Cina. Satelit Palapa-D
memiliki berat 4,1 ton (pada saat peluncuran), memakan daya 7500 watt, dan
memiliki kapasitas 120 persen lebih besar dari satelit yang digantikan yaitu
satelit Palapa-C2 yang akan habis masa operasinya pada 2011. Pembangunan
satelit Palapa-D dimulai sejak 2004, memakan biaya sebanyak 200-300 juta dolar
A.S. dan akan beroperasi hingga 2024. Satelit Palapa-D dibuat oleh Thales
Alenia Space France (Perancis) berdasarkan platform Spacebus-4000B3. Satelit
ini diluncurkan menggunakan roket Chinese Long March 3B Jangkauan satelit
termasuk negara-negara ASEAN, negara-negara Asia, timur Tengah dan Australia.
Untuk upaya pemeliharaannya perangkatnya Indosat menyiapkan dan meresmikan
Gedung Satelit Palapa berlantai dua pada 14 Agustus 2009 dengan luas 2.500m2 di
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat sebagai lokasi pengendali dan pengawas trafik
serta mengirimkan sejumlah tenaga muda pun pelatihan di Perancis.
Anak perusahaan
·
PT Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta)
·
PT Indosat Mega Media (IndosatM2)
·
PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo)
·
PT Indosat MultiMedia Mobile (Indosat-M3)
·
PT Bimagraha Telekomindo (yang juga anak
perusahaan Global Mediacom, dulu Bimantara Citra)
Visi dan Misi
Visi
Untuk menjadi
fokus, jaringan terkemuka selular / nirkabel terintegrasi telekomunikasi dan
penyedia jasa di Indonesia.
Misi
·
Untuk
menyediakan dan mengembangkan produk inovatif dan kualitas, layanan, dan
solusi, yang menawarkan nilai terbaik bagi pelanggan kami.
·
Untuk
terus menumbuhkan nilai-nilai pemegang saham.
·
Untuk
memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi para pemangku kepentingan
Dewan Komisaris dan Direksi
Dewan Komisaris
1.
HE
Sheikh Abdulla Mohammed SA Al Thani
Sheikh
Abdulla Mohammed SA Al Thani telah menjadi Presiden Komisaris sejak Agustus
2008. Sheikh Abdulla saat ini Ketua Dewan Direksi Qtel. Dalam kapasitasnya
sebagai Chairman, beliau telah mengembangkan sistem corporate governance Qtel
untuk menjamin Qtel dikelola sesuai dengan praktik internasional. Sheikh
Abdulla telah juga melakukan restrukturisasi dan regional ekspansi Qtel.
Setelah akuisisi Qtel berbasis di Kuwait Wataniya, yang dianggap pada waktu itu
menjadi transaksi telekomunikasi terbesar di dunia Arab, Sheikh Abdulla
ditunjuk Ketua Wataniya. Sheikh Abdulla juga merupakan anggota dari Qatar
perencanaan dewan dan Kepala Royal Court (Amiri Diwan) dari 2000 hingga 2005.
Sheikh Abdulla memiliki latar belakang yang beragam baik dalam bidang militer
maupun penerbangan dan merupakan penerbang bersertifikat (instruktur) oleh
British Royal Air Force.
2.
Dr
Nasser Mohammed Marafih
Dr
Nasser Mohammed Marafih telah menjabat sebagai Komisaris sejak Agustus 2008 dan
juga merupakan Ketua Komite Anggaran kami Remunerasi dan. Dr Marafih memulai
karirnya di Qtel pada tahun 1992 sebagai penasehat ahli dari Universitas Qatar
dan kemudian ditunjuk sebagai Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan
pada tahun 1994 dan Chief Executive Officer pada tahun 2002. Dia sukses membawa
Qtel melewati program transformasi dan restrukturisasi unit bisnis dan
corporate centers. Ia memainkan peran penting dalam akuisisi Qtel atas Wataniya
berbasis di Kuwait pada 2007, kesepakatan strategis dengan AT & tT untuk
memperoleh kepemilikan di NavLink. Dr Marafih memiliki gelar Bachelor of
Science di bidang Teknik Elektro, Master of Science dan Ph.D. dalam komunikasi rekayasa,
semuanya dari George Washington University di Amerika Serikat. Dr Marafih telah
berpartisipasi dalam berbagai Komite pemerintahan tingkat tinggi di Qatar dan
merupakan anggota Dewan Direksi dari sejumlah anak perusahaan Qtel. Dr Marafih
juga menjabat sebagai dosen dan asisten profesor di Jurusan Teknik Elektro dari
Universitas Qatar. Dia telah menjadi anggota dari Institute of Electrical and
Electronics Engineers Inc selama lebih dari sepuluh tahun.
3.
Rachmat
Gobel
Rachmat
Gobel sebagai Komisaris Perseroan sejak Agustus 2008. Dia saat ini adalah Ketua
Gobel Group perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan, perdagangan, jasa,
manajemen logistik terpadu serta makanan dan perhotelan, termasuk industri
katering.Gobel Group adalah mitra patungan Indonesia dari Matsushita Electric
Industrial Co, Ltd, pemimpin global dalam elektronik dan barang-barang
elektronik yang dipasarkan dengan merek Panasonic. Beliau juga menjabat sebagai
Wakil Presiden Kamar Dagang Indonesia dan Industri (Kadin). Mr Gobel lulus dengan
gelar Bachelor of Science Degree dalam bidang Perdagangan Internasional dari
Universitas Chuo, Tokyo pada tahun 1987 dan dianugerahi gelar Doktor kehormatan
dari Universitas Takushoku, Tokyo, Jepang pada tahun 2002. Pada tahun 2009, ia
menerima bergengsi "Distinguished Engineering Award di Manufaktur
Teknologi" dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Beliau
juga aktif terlibat dalam beberapa kegiatan sosial, termasuk Komite Olimpiade
Indonesia dan Palang Merah Indonesia.
4.
Richard
Farnsworth Seney
Richard
Farnsworth Seney telah menjabat sebagai Komisaris Independen sejak September
2012. Beliau telah menjadi Chief Operating Officer Qtel International (QI)
sejak 2007 hingga saat ini, Presiden dan Chief Executive Officer MCT Corp
(termasuk para pendahulunya) 1992-2007, Executive Vice President dan General
Manager dari MCT Investors, LP dari 1987-2002, dan Executive Vice President dan
Chief Financial Officer Charisma Communications Corporation 1985-1992. Mr Seney
memperoleh gelar Sarjana di Commerce dari University of Virginia McIntire
School of Commerce.
5.
Rionald
Silaban
Rionald
Silaban menjabat sebagai Komisaris sejak Juni 2008 dan ditunjuk sebagai anggota
Komite Manajemen Risiko pada tahun yang sama. Dia saat ini menjabat sebagai
Direktur Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan Departemen Keuangan di
Indonesia. Di masa lalu ia menduduki beberapa posisi termasuk sebagai Direktur
Manajemen Risiko Fiskal Departemen Keuangan sejak 2006 hingga 2008, Penasehat
Senior di Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat sejak 2004 hingga 2006,
Kepala Divisi Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan sejak tahun 2002 sampai
2004, Kepala Divisi Pengawasan Aset Badan Penyehatan Perbankan Indonesia dari
2000 sampai 2002, Kepala Divisi Jasa Keuangan di Biro Hukum Departemen Keuangan
sejak 1998 hingga 2000, Wakil Direktur untuk Direktorat Privatisasi untuk
Direktorat Umum Badan Badan Usaha Milik Departemen Keuangan sejak 1997 hingga
1998, Kepala Seksi Biro Hukum Departemen Keuangan sejak 1994 hingga 1997 dan
Kepala Sekretariat Komite Privatisasi Departemen Keuangan sejak 1994 hingga
1997. Beliau memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia pada
tahun 1989 dan LL.M. gelar dari Georgetown University Law Centre, Washington DC
di Amerika Serikat, pada tahun 1993.
6.
Soeprapto
SIP
Soeprapto
SIP telah menjabat sebagai Komisaris Independen dan anggota Komite Audit sejak
bulan Juni 2005. Di masa lalu, beliau telah memegang beberapa jabatan, seperti
Asisten Personil dari Kepala Staf TNI Angkatan Darat Republik Indonesia dari
tahun 2000 sampai dengan 2001 dan Komisaris PT Nusariau Kencana Coal 2001-2003.
Selain itu, Mr Soeprapto telah menjabat sebagai Komisaris PT Mentari Abdi
Pertiwi 2004-2006. Beliau memperoleh gelar di bidang Ilmu Politik dari
Universitas Terbuka, Jakarta dan mengikuti pelatihan di Lembaga Pertahanan
Nasional Indonesia.
7.
George
Thia Peng Heok
George
Thia Peng Heok menjabat sebagai Komisaris Independen sejak Juni 2008 dan
ditunjuk sebagai Ketua Komite Audit pada tahun yang sama. Ia menjadi anggota
Komite Manajemen Risiko pada Agustus 2008. Beliau saat ini menjabat sebagai
Direktur / Konsultan di Asiainc Private Limited. Di masa lalu ia telah
menduduki beberapa posisi, termasuk sebagai Konsultan Singapore Exchange sejak
2005 sampai 2008, Konsultan / Direktur Strategic Advisor Private Limited sejak
tahun 2003 hingga 2006, Ketua Eksekutif MediaStream Limited sejak tahun 1999
hingga 2003, Direktur / Konsultan Phoenix Capital Private terbatas dari 1995
hingga 1998, Ketua Eksekutif Asia Matrix Limited sejak tahun 1993 sampai 1995,
Managing Director, Lum Chang Securities Private Limited 1991-1993, Managing
Director, Sun Hung Kai Securities Private Limited 1989-1991, Managing Director,
Merrill Lynch International Bank Terbatas 1987-1989, Direktur Eksekutif /
Partner, Kay Hian Private Limited 1985-1987 dan Managing Director, Morgan
Grenfell (Asia) Limited 1975-1985. Mr Thia adalah Akuntan Publik Bersertifikat
dan Anggota Fellow dari kedua Chartered Association of Certified Accountants
(United Kingdom) dan Singapore Institute of Directors.
8.
Chris
Kanter
Chris
Kanter telah menjabat sebagai Komisaris Independen sejak bulan Januari 2010. Mr
Kanter adalah seorang pengusaha Indonesia dan pemimpin komunitas bisnis, yang
berada di barisan depan dari agenda reformasi ekonomi nasional di Indonesia.
Seorang insinyur terlatih, dia Ketua dan Pendiri Sigma Sembada Group; pemain
utama sebagai kontraktor turnkey serta transportasi dan logistik. Komitmen
Chris 'dan pengabdian kepada pembangunan ekonomi bangsa dan reformasi
ditunjukkan lewat perannya sebagai anggota Dewan Ekonomi Nasional yang telah
ditunjuk oleh pemerintah Republik Indonesia. Kontribusinya juga memperpanjang
lebih luas untuk menyertakan: Ketua Dewan Pendiri Swiss German University,
Wakil Ketua Dewan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Ketua Dewan
Pendiri Global Entrepreneurship Program Indonesia dan Wakil Presiden Komisaris
PT. Bank BNP Paribas Indonesia. Chris juga menjabat sebagai anggota Kongres
Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia (1998-2002).
9.
Rudiantara
Rudiantara
ditunjuk sebagai Komisaris Independen efektif per November 1, 2012. Saat
Rudiantara adalah CEO PT. Bukitasam Transpacific Railways dan PT. Rajawali Asia
Resources. Rudiantara sebelumnya memegang berbagai posisi, termasuk Komisaris
Independen & Ketua Komite Audit PT. Telekomunikasi Indonesia (Tbk), Deputi
CEEO PT.PLN (Persero), Deputi CEO PT. Semen Gresik (Persero), Tbk., Direktur PT
Excelcomindo Pratama Tbk, PT Telekomindo Primabhakti COO, Komisaris PT.
Excelcomindo Pratama, Komisaris Bank Pos dan Direktur PT. Telekomunikasi
Seluler Indonesia-Telkomsel. Ia menerima gelar MBA dari IPPM dan Sarjana
Statistik dari Universitas Padjadjaran.
10.
Beny
Roelyawan
Beny
Roelyawan diangkat sebagai Komisaris pada bulan Juni 2012. Mr Roelyawan saat
ini menjabat sebagai Deputi III Kementerian Negara BUMN. Sebelumnya ia memegang
posisi termasuk Staf Ahli Politik, Kepala Sub Direktorat Ekonomi Produk dan
Politik Luar Negeri Keamanan, Wakil anggota Pengolahan dan Productions. Ia
menerima Penghargaan Kehormatan Satyalancana Karya Satya X Tahun pada tahun
2001 dan Satyalancana Karya Satya XX Tahun pada tahun 2005. Meraih Sarjana
Ekonomi Usaha dari Universitas Diponegoro.
Direksi
1.
Alexander
Rusli
Alexander
Rusli diasumsikan peran Direktur Utama dan CEO pada 1 November 2012 setelah
menjabat sebagai Komisaris Independen sejak bulan Januari 2010. Sebelum
November 2012 Mr Rusli adalah Managing Director di Northstar Pacific, dana
Private Equity yang berfokus pada South East peluang Indonesia dan Asia.
Sebelum perannya dalam Northstar Pacific, Mr Rusli disajikan untuk Pemerintah
Indonesia selama sembilan tahun. Dalam enam tahun pertama dalam pemerintahan ia
adalah seorang Konsultan Ahli untuk Menteri Komunikasi dan Informatika, di mana
ia terlibat dalam perumusan kebijakan dan regulasi di Telekomunikasi, Media dan
industri Pos.Dalam tiga tahun terakhir ia adalah seorang Staf Ahli Menteri
Badan Usaha Milik Negara, mengawasi 140 perusahaan milik negara dengan lebih
dari 500 anak perusahaan. Selama periode itu ia juga memegang berbagai posisi
perusahaan milik negara termasuk: Komisaris PT Krakatau Steel (Persero), PT
Geodipa Energi, PT Kertas Kraft Aceh. Sebelum posting-nya di pemerintahan, Pak
Rusli telah memegang posisi sebagai Konsultan bagi Pricewaterhouse Coopers
Management Consulting, Indonesia. Mr Rusli menyelesaikan semua pendidikan
tinggi formal di Curtin University, Australia Barat. Dia memegang gelar Doctor
of Philosophy dalam Sistem Informasi.
2.
Erik
Meijer
Erik
Meijer diangkat sebagai Direktur dan Chief Commercial Officer pada bulan Juni
2012. Dia memiliki keseluruhan 20 tahun pengalaman industri telekomunikasi. Dia
menghabiskan 14 tahun bekerja di Telkomsel dalam peran semakin senior di daerah
komersial sampai tingkat VP (Penjualan dan Pemasaran), memimpin inisiatif untuk
3G Telkomsel ketika diperkenalkan pada tahun 2006. Dalam 5 tahun terakhir, ia
bekerja di Bakrie Telkom dalam peran CCO dan Wakil CEO. Mr Meijer kegiatan lain
termasuk Direktur Nasional Dewan Asosiasi Pemasaran Indonesia (IMA), sebuah
organisasi non-pemerintah dan anggota dari World Marketing Association dan Asia
Pasifik Marketing Federation, Pendiri Anggota Dewan Asosiasi Pengiklan
Indonesia (APPINA; Asosiasi Consists Pengiklan Indonesia), Diberikan Lifetime
Achievement Award pada Indonesia Cellular Awards 2007, dan juga dosen tamu
reguler di beberapa perguruan tinggi dan pembicara di berbagai seminar dan
konferensi.
3.
Fadzri
Santosa
Fadzri
Sentosa telah menjadi Direktur sejak Juni 2007 dan Direktur dan Chief Wholesale
dan Chief Infrastruktur sejak Juni 2009. Saat ini, beliau menjabat sebagai
anggota Dewan Komisaris PT Aplikanusa Lintasarta. Sebelumnya, beliau telah
memegang beberapa jabatan di Perusahaan, termasuk sebagai anggota Dewan
Komisaris PT Indosat Mega Media sejak tahun 2005 sampai 2009, Group Head
National Card dan Channel Management sejak 2006 hingga 2007, Senior Vice
President bidang Commerce, Jabotabek dari 2005 ke 2006 dan Senior Vice President
bidang Cellular Sales dari tahun 2003 sampai dengan 2004, anggota dari Direksi
Satelindo pada tahun 2003 dan anggota Dewan Direktur IM3 2002-2003. Beliau
memperoleh gelar Magister Manajemen Bisnis Internasional dari University of
Technology, Sydney pada tahun 2001 dan gelar Sarjana Teknik Telekomunikasi dari
Institut Teknologi Bandung pada tahun 1986.
4.
Stefan
Carlsson
Mr
Stefan Carlsson adalah Direktur dan Chief Financial Officer efektif sejak 1
September 2011. Dia memiliki pengalaman dalam industri telekomunikasi besar
sebagai COA dan CFO. Pada Januari - Agustus 2011, Mr Carlsson sebagai Chief
Advisor Operasi untuk Qtel International / wi-suku Filipina, dan pada
2006-2010, ia adalah seorang CFO di DiGi.com Bhd & DiGi Telecommunications
Sdn Bhd - Malaysia.Pada 2004 - 2006, Mr Carlsson bekerja untuk Telenor Pakistan
Pvt. Ltd sebagai CFO, 2001 - 2004, sebagai CFO di Telenor Ponsel Sverige (TMS)
& Djuice, Swedia. Mr Carlsson menerima MSc Bisnis dan Ekonomi dari
Universitas Uppsala Swedia - Bursa Studies, University of Central Florida -
Amerika Serikat, Studi Keuangan dan Investasi, juga Studies in Business
Administration di University of Stockholm - Swedia.
5.
Hans
C. Moritz
Hans
C. Moritz menjabat sebagai Direktur dan Chief Technology Officer efektif 1 Mei
2011. Dia curently menjabat sebagai Head of Corporate Kantor Proyek Vodafone
India sejak tahun 2009 - sekarang, Direktur Operasi Grup Africa / CTO - Zain
Uganda pada 2006-2009, CTO - Zain Uganda pada 2004-2009, COO - Planet Media
Group 2003 - 2004 GM Unit Bisnis Jaringan Broadband - KPN Telecom pada 2001 -
2003, COO - Base di 1998 - 2000 dan Direktur Operasi - KPN Asia, Indonesia pada
1994-1997. Hans menerima tiga Gelar Sarjana dari Universitas HBO, Belanda
jurusan Elektronika, Umpan balik dan Sistem Pengendalian dan Pengelolaan Air.
Meraih gelar Master di bidang Matematika di universitas yang sama.
Tipe Organisasi
Tipe organisasi dalam perusahaan PT. Indosat, Tbk.
Lebih condong ke organisasi fungsional karena pengorganisasian dalam perusahaan
ini berdasarkan sifat dan macam fungsi yang harus dilaksanakan oleh tiap bagian
dalam perusahaan. Selain itu juga, perusahaan mempunyai pembidangan tugas yang
dapat digariskan secara tegas, misalnya dalam perusahaan ini terdapat bagian
Customer Service (CS), Channel and Distribution, dan Marketing.
Budaya Organisasi
Smircich
dan Calas (1987) menyatakan bahwa budaya
dapat diuji sebagai sebuah variabel atau suatu metafora dasar (root metaphor).
Bila dipandang sebagai suatu variabel eksternal, budaya adalah sesuatu yang
dibawa masuk ke dalam organisasi. Bila dibatasi sebagai suatu variabel
internal, penekanannya diletakkan pada wujud- wujud budaya (ritual, kisah-
kisah, dan sebagainya) yang dikembangkan dalam organisasi.
Budaya
organisasi perusahaan Indosat bila dianggap sebagai variabel eksternal dapat
dilihat dari rutinitas anggota organisasi yang berpakaian casual saat bekerja
di kantor (kecuali bagian/ divisi CS yang memang harus selalu berseragam), dan
model bangunan/ design ruang eksterior maupun interior gedung yang cenderung
modern minimalis (tampak dari ruang galeri Indosat). Hal- hal seperti ini
tentunya merupakan suatu adopsi dari “luar” (bukan jawa dan bukan Indonesia),
karena perusahaan ini pada hakekatnya adalah perusahaan internasional.
Budaya
organisasi perusahaan indosat apabila dianngap sebagai variabel internal dapat
dilihat dari aktivitas rutin, atau berkala, maupun kondisional. Kebiasaan
saling sapa antar anggota organisasi, sebutan kepada atasan tidak selalu/
melulu “bapak/ ibu” tapi bisa “mas/ mbak”, pelayanan konsumen/ customer dan
tamu yang ramah serta bersahabat sebagai wujud dari salah satu misi untuk
memberikan kualitas perlayanan bagi pelanggan, rapat anggota tidak melulu di
kantor, bisa diadakan di luar kantor tergantung situasi, kondisi, dan
kebutuhan. Untuk ritual, biasanya dalam
organisasi ini ada morning briefing untuk bagian tertentu seperti customer
service yang selalu dilakukan setiap pagi sebelum kantor melakukan pelayanan,
dan peringatan ulang tahun untuk setiap karyawan yang ada di sana dilakukan
seperti layaknya anak- anak remaja kebanyakan, yaitu dibasahi dengan air, tapi
di sini dengan cara menceburkan orang tersebut ke dalam kolam kecil dan ada di
dekat area parkir.
Aliran Informasi dalam Organisasi
Perussahaan
Indosat menerapkan aliran informasi dengan cara kombinasi, yaitu serentak dan
atau berurutan. Jadi, kadang kala serentak, kadang kala berurutan, dan kadang
serentak serta berurutan. Misalnya, informasi/ pesan dari head of sales area
(sumber) langsung mengalir serentak kepada customer service (CS), channel and
distribution, dan marketing VAS and community (bisa satu pesan yang sama secara
serentak, dan bisa beberapa pesan berbeda namun secara serentak). Apabila
beberapa pesan berbeda secara serentak yang telah diterima oleh tiga bagian
ini, maka kalo memang harus pesan tersebut diteruskan kepada bawahan, maka
masing- masing mereka akan meneruskan pesan tersebut secara serentak pula atau
bisa sendiri- sendiri karena muatan/ isi pesannya berbeda (setelah melaluhi
penginterpretasian pihak ke dua (atasan mereka)).
Pola
aliran informasi dalam perusahaan Indosat cenderung menunjukkan pola roda. Pola
roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang
menduduki posisi sentral. Orang yang dalam posisi sentral menerima kontak dan
informasi yang disedikan oleh anggota organisasi lainnya dan memecahkan masalah
dengan saran dan persetujuan anggota lainnya...., pola roda memungkinkan
pengawasan yang lebih baik atas aliran pesan, kemunculan seorang pemimpin bisa
lebih cepat dan organisasi lebih stabil, menunjukkan kecermatan tinggi dalam
pemecahan masalah, cepat dalam memecahkan masalah, tetapi terlihat cenderung
mengalami kelebihan beban pesan dan pekerjaan (Pace & Faules, 2010: 174-
176).
Masalah
keterbukaan informasi kepada publik, penulis menilai masih kurang. Informasi-
informasi tertentu tidak bisa diberikan oleh pihak pimpinan indosat kepada
masyarakat dengan jelas atau bahkan sama sekali, seperti yang berkaitan dengan
struktur organisasi perusahaan, angka-angka, dll. Untuk beberapa hal, misalnya
jika seseorang atau sekolompok orang yang ingin menyebarkan angket/ kuesioner
untuk penelitian tertentu (padahal bukan untuk maksud yang tidak baik),
contohnya untuk kegiatan akademik, mereka tidak bisa memastikan karena harus
izin terlebih dahulu kepada pihak HRD provinsi. Inilah yang dialami oleh
penulis. Angket penulis dianggap mengandung muatan yang sangat privacy sehingga
harus dilaporkan terlebih dahulu, padahal menurut penulis tidaklah demikian.
Dinamika Kelompok dan Team Work
“Interaksi
antara kebutuhan- kebutuhan perorangan, tujuan dan peranan kelompok, norma-
norma dan konflik dalam berfungsinya kelompok, kita namakan dinamika kelompok”
(Pace & Faules, 2010: 318). Dinamika kelompok dalam anggota organisasi
perusahaan Indonesia cukup baik apabila dilihat dari peranan fungsional seperti
yang dikemukakan Benne dan Sheats (1948) dalam Pace & Faules (2010: 319).
Peranan tugas dan peranan pemeliharaan dilakukan dengan maksimal, sedangkan
peranan mengganggu berusaha untuk ditekan/ tidak dikembangkan. Anggota- anggota
kelompok yang terhimpun dalam divisi- divisi atau bagian- bagian di perusahaan
indosat merasa saling memiliki, bersama- sama dan kompak dalam menyelesaikan
tugas. Mereka saling aktif bertukar informasi, seperti dalam meeting atau
briefing, dll.
Konflik dalam Organisasi
Forst
dan Wilmot (1978) dalam Pace & Faules (2010: 369), “ konflik didefinisikan
sebagai suatu ‘perjuangan yang dieksprsikan antara sekurang- kurangnya dua
pihak yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuan- tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka, dan
gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka’”. Untuk masalah ini,
penulis merasa sangat menyesal sebab belum bisa mendapatkan data karena
beberapa alasan. Tapi, jika dilihat sekilas (menurut pandangan penulis) dan
menurut salah satu anggota komunitas indosat menyatakan bahwa semua dalam
keadaan baik- baik saja, tidak/ belum pernah ada konflik, hanya perbedaan-
perbedaan pendapat dari beberapa anggota saat rapat bersama.
Iklim Komunikasi Organisasi
“Iklim
komunikasi organisasi terdiri dari persepsi- persepsi atas unsur- unsur
organisasi dan pengaruh unsur- unsur tersebut terhadap komunikasi” (Pace &
Faules, 2010: 149). Iklim komunikasi organisasi dalam perusahaan Indosat secara
umum baik dan kondusif karena peneliti melihat hambatan dalam komunikasi
seperti penyebaran informasi (tentang apapun dan kepada siapapun) dapat
ditanggulangi dengan bantuan berbagai media yang telah ada dan berkembang
seperti e-mail dan teleconveren (minimal bisa mempercepat akses informasi dan
keakuratan informasi bagi mereka yang bermobilitas tinggi). Karyawan- karyawan
terlihat cukup ramah, akrab, dan bersahabat, baik kepada customer, maupun
rekan- rekan kerja mereka, karena peneliti mendapati mereka saling berbincang
dengan asyik saat loket sepi, dan melayani customer dengan baik saat loket
ramai. Suasana jujur dan keterbukaan di antara mereka juga dapat diketahui dari
sini, kecuali untuk beberapa hal yang memang harus dirahasiakan, seperti hasil
rapat pimpinan yang memang belum waktunya untuk dipublikasi, dan tidak ada
satupun yang bisa menentangnya ketika itu telah ditentukan (biasanya untuk
rolling karyawan, mutasi, dsb). Kepercayaan coba ditanamkan dengan baik oleh
atasan kepada bawahan agar mereka juga percara kepada atasannya dan dapat
melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Misalnya, untuk pencairan dana yang
sangat besarpun, pemimpin mempercayakan hal itu kepada mereka yang bertugas.
Teknologi Informasi dalam
Organisasi
Isu-
isu yang diperhitungkan anggota organisasi dalam hubungannya dengan penggunaan
teknologi komunikasi baru menyangkut penggunaan medium baru tersebutdan juga
kemampuan- kemampuan teknisnya” (Pace & Faules, 2010: 247). Hal ini juga
terjadi dalam organisasi perusahaan Indosat.
Petinggi-
petinggi kantor sales area Kediri lebih memilih menggunakan media elektronik
yang ada kaitannya dengan komputer dan internet untuk pengolahan, penyampaian,
dan penyebarluasan pesan (apapun isi dan fungsi pesannya). Email sudah seperti
memorandum maupun buku agenda/ buku catatan bagi siapapun (utama para CS),
terlebih lagi para pimpinan. Teleconverence telah menggantikan rapat/ meeting
biasa/ konvensional yang cenderung dianggap tradisional di zaman ini. Mereka,
melaluhi beliau (petinggi marketing VAS & community) berpendapat kalau hal
ini lebih efektif efisien. Contoh yang sering disebut adalah berkenaan dengan
kecepatan, ketepatan, kepraktisan, kemudahan, dan murah.
Individu dalam Organisasi
Analisis
terhadap perubahan individu dalam organisasi perusahaan Indosat diwujudkan
melaluhi kegiatan salah satunya adalah pelatihan bagi karyawan. Ada pelatihan
yang rutin / berkala diadakan untuk divisi/ bagian tertentu, seperti CS. Ada
juga yang bersifat situasional atau kondisional jika dianggap perlu. Pengisi
pelatihan bisa dari interen kantor itu sendiri atau dari kantor pusat. Hal
pokok adalah pihak penentu kebijakan telah membuat dan mengkondisikan orang-
orang yang menjadi karyawan itu bekerja sesuai bidang/ keahliannya. Mereka
dikondisikan untuk harus mau dan bisa. Untuk beberapa hal yang masih dianggap
kurang, maka mereka bisa belajar dari yang lebih senior. Penulis belum dapat
memperoleh informasi lebih yang dapat dikumpulkan untuk diolah mengenai hal
ini.
Referensi
1) http://id.wikipedia.org/wiki/Indosat
2) http://google.co.id
3) http://www.indosat.com